Langsung ke konten utama

GEREJA, MASIHKAH JADI BERKAT????????

Gereja, Masihkah Jadi Berkat?

Teringat akan cerita salah satu teman berkumpul akan kisah laki-laki yang nekat menerobos istana dengan telanjang bulat, dimana latar belakang keluarga pria tersebut adalah keluarga Kristen. Namun ketika ayanya meninggal si ibu menikah kembali dengan laki-laki yang beragama islam. Perkawinan ini dilatar belakangi kebutuhan ekonomi yang sangat mendesak. Di akhir cerita tersebut terbersit sebuah kalimat yang berawal dari latar belakang si pelaku tersebut, dikatakannya; "Saat ini Gereja bukan lagi jadi berkat".
Salah satu fungsi Gereja adalah Diakoni, melayani jemaat secara khusus jemaat yang membutuhkan pertolongan dari berbagai aspek kahidupan, terlebih dalam bidang ekonomi yang mengakibatkan ketidak mampuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Menyoroti kehadiran Gereja sekarang ini apakah masih menjadi berkat atau tidak, kita perlu berkaca di masa-masa kehadiran Gereja pertama, baik yang tercatat dalam Alkitab, maupun yang kita lihat sendiri. Secara umum kehadiran Gereja zaman dulu, secara khusus HKBP benar-benar menjadi berkat bagi jemaatnya dan juga masyarakat secara umum. Terlebih di tanah batak kehadiran HKBP adalah cikal bakal menuju arah yang lebih edukatif, sehat dan mejemuk. Kehadiran sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit, dan lain sebagainya adalah bukti kehadiran Gereja (HKBP) menjadi berkat bagi jemaat (masyarakat).

Namun, bagaimana dengan sekarang ini; apakah Gereja masih jadi berkat? Mari kita renungkan bersama dari berbagai kacamata yang ada, bagaimana keberadaan Gereja sekarang ini di tengah-tengah jemaat (masyarakat pada umumnya).

1.      Gereja sekarang sudah menjadi pabrik penghasil uang. 
Sudah tak asing lagi jika Gereja sekarang berlomba-lomba untuk mengumpulkan uang melalui persembahan dari jemaat masing-masing. Terutama bagi Gereja-gereja yang memiliki sistem otoritas dalam struktur keorganisasiannya,

2.     Gereja sekarang sudah menjadi kepentingan individual.
  • Berdirinya Gereja bukan lagi karena kebutuhan pelayanan, tetapi karena kepentingan individual. Banyak Gereja yang muncul karena perpecahan. Banyak Gereja yang muncul karena kepentingan kehidupan ekonomi pelayan Gereja.

  • Banyak pelayan gereja yang lebih mementikan popularitas diri dari pada pengenalan diri akan panggilan, sehingga sampai melakukan hal-hal yang tidak semestinya dalam sebuah peribadatan di khalayak umum. Isu tentang mujizat kesembuhan sampai mujuzat bisa menghidupkan orang mati (video yang beredar belakangan ini) dibentuk sedemikian rupa untuk menarik simpatik orang akan imannya. Semua demi popularitas.

3.      Gereja sekarang hanyalah sebagai tempat berkumpul, bukan lagi tempat beribadah. 
Ketika kita pergi ke Gereja tujuan utama bukan lagi untuk beribadah kepada Tuhan, melainkan untuk berkumpul atau bertemu dengan orang-orang yang sama-sama datang ke Gereja. Kedatangan kita ke Gereja lebih mengutamakan apa yang ingin kita tampilkan, bukan apa yang ingin kita perbuat.
  • Banyak punguan Koor yang menampilkan koornya apa adanya tanpa mempedulikan aspek kwalitas bernyanyi; kita mungkin terpana dengan ucapan "tujuan kita bukan pestifal, tetapi bernyanyi untuk Tuhan". Ya, Tuhan kita mungkin hanya sebatas kemampuan kita, bukan Tuhan yang Maha Segalanya. Kalau di pikir-pikir bagaimana Tuhan bisa menerima yang apa adanya tanpa berupaya memberi yang terbaik di bandingkan dengan apa yang Tuhan perbuat dan sediakan untuk kita.
  • Rata-rata kita yang datang ke Gereja hanya sekedar memperlihatkan apa yang ada pada kita, bukan lagi untuk menerima berkat dari Tuhan.
  • Rata-rata dari kita yang datang ke Gereja hanya sekedar memperlihatkan kepada orang bahwa kita adalah orang yang beriman.
  • Rata-rata dari kita yang datang kegereja hanya sekedaar menepis pandangan orang yang mengetahui kita orang yang percaya tetapi tidak pernah datang ke Gereja.
  • Rata-rata dari kita yang datang ke Gereja hanya sebagai rutinitas tetapi bukan lagi kewajiban untuk beribadah.
  • Rata-rata dari kita yang datang ke Gereja hanya untuk mencari kesenangan kita sendiri tetapi bukan untuk tujuan menyenangkan hati Tuhan. Hal ini bisa kita lihat dari tata ibadah yang dilakukan setiap denominasi Gereja, apakah lebih mengarah secara horizontal (jemaat) atau vertikal (Tuhan).
  • Dan lain sebagainya.

4.      Pelayan Gereja sekarang sudah menjadi Profesi, bukan panggilan ibadah.
Menyinggung memang, tapi inilah kenyataan yang ada. Pelayan Gereja sekarang ini sudah menjadi Profesi, bukan lagi panggilan ibadah.
  • Banyak Gereja yang bermasalah karena Pendetanya.
  • Banyak jemaat yang enggan ke Gereja karena benci dengan perilaku, sikap dan perbuatan sehari-hari pendetanya yang menurut dia adalah sebagai suri tauladan kehidupannya.
  • Banyak Pendeta/Gembala/Penatua/Song Leader yang memberi contoh yang tidak baik bagi jemaatnya.
  • Rata-rata pendeta fungsinya hanya memberi khotbah di gereja.

5.      Gereja sekarang sudah menjadi lahan politik internal.
Hal ini tidak bisa dipungkiri, karena Gereja merupakan suatu organisani yang memiliki struktur kepemimpinan dan jabatan-jabatan fungsional dalam organisasi Gereja tersebut. Praktek-praktek yang tidak sepatutnya dilakukan untuk menduduki pimpinan tertinggi dalam sebuah organisasi Gereja. Hal ini memang akan masih terus berlanjut sebelum sebuah sistem yang tidak memerlukan politik (pengumpulan suara) diciptakan dalam pemilihan pimpinan dalam sebuah organisasi keagamaan (Gereja).

6.      Gereja sekarang hanya sebagai gambar, bukan lagi wujud.
Gereja sekarang ini hanyalah sebagai gambar yang terlihat mewah secara fisik, bukan mewah dalam tindakan. Diakoni sebagai salah satu dari tiga fungsi Gereja hanyalah sebatas tulisan di dalam kertas tanpa perbuatan yang membawa jemaat lebih mengenal Tuhan.

Tetapi bagaimana hal ini bisa terjadi?
Semua berawal dari kita sendiri sebagai jemaat maupun pelayan di dalam Gereja. Kita buta akan kehendak Tuhan, kita buta akan fungsi kita sebagai orang beriman, kita buta akan tugas kita sebagai orang beriman. Memperkenalkan Tuhan Yesus Kristus bukan dengan kata-kata, tetapi dengan perbuatan.
  • Kita tidak akan mengenal Tuhan kalau Dia tidak menciptakan dunia ini;
  • Kita tidak akan mengenal Yesus Kristus kalau Dia tidak mati sebagai tebusan akan dosa-dosa kita;
  • Kita tidak akan mengenal Roh Kudus kalau Dia tidak menyertai kita hingga akhirnya nanti.
 “ORANG TIDAK AKAN MENGENAL TUHAN KITA TANPA PERBUATAN DARI KITA”.

Teringat cerita Sr. (Diak.). Nuria Dumomdon br.Gultom dan Bonaria br. Hutabarat (Suster atau Diakones pertama di HKBP) di Hutabarat-Tarutung beberapa hari yang lalu, akan kisah mereka di luar negeri yang menjadikan orang percaya dengan perbuatan mereka. Orang bertanya tentang apa kepercayaan mereka ketika melihat perbuatan yang mereka lakukan untuk orang lain. Itulah cara terbaik memperkenalkan Tuhan, imbuhnya waktu itu.

Gereja, jadilah berkat, sebab “KITA DIBERKATI UNTUK MENJADI BERKAT”
Sama halnya kita diselamatkan supaya orang lain juga dapat diselamatkan dengan memperkenalkan Yesus melalui perbuatan dan pertolongan kita kepada mereka.

 Teriring Salam dan Doa
Parbengkel Do Au (Siborok Theologi)
GBU Non Stop



Lagu Karo: I Love You Too (Anta Prima G)






Komentar

Postingan populer dari blog ini

KOOR NATAL

MENYAMBUT NATAL Memasuki minggu ke dua bulan september ini, tidak terasa sebentar lagi sudah mulai persiapan-persiapan yang menyangkut perayaan Natal. Persiapan-persiapan mulai dari perencanaan natal, perlengkapan pernak-pernik natal hingga yang tidak kalah pentingnya adalah koor natal. Nah, untuk melengkapi koor natal saudara tahun ini, kami persembahkan sebuah koor natal terbaru yang baru selesai di buat oleh Pencipta lagu sekaligus guru koor Samuel HS. Mudah-mudahan lagu koor ini menambah semangat kita dalam menyambut Natal tahun ini. Silahkan download partiturnya di sini Lagu Karo: I Love You Too (Anta Prima G)

PASAHAT SULANGSULANG PAHOMPU DI JOLO NI BANGKE

PASAHAT SULANGSULANG PAHOMPU DI JOLO NI BANGKE Nahinaholongan, bangso Batak songon sada bangso nametmet, mardalan dohot mangula di bagasan adat na pinungka ni omputa si jolojolo tubu. Tontu sahali, songon halak batak hita porlu situtu do hita manjaga adatta i songon sada warisan na tininggalhon ni ompunta si jolojolo tubu i. Alai jotjot sipata songon sada pribadi na hurang manghaporluhon taringot tu adat songon sada halak batak hita. Ima na masa di sada ama na marujung ngolu di sada inganan di kota Medan. Humalaput ma sisolhotna laho patureture parmonding ni amantai, tarlumobi ma na mangalap boru sileban ibana, hape nunga sahat tu na marpahompu, ndang disahat dope adat sigararon na tu hulahulana. Dipadalan ma adat na hombar tu na paabinghon naung magodang inanta i tu tulangna huhut pasahat sulangsulang pahompu nasida di jolo ni bangke ni amanta i. Ndang be tutu hibul mardalan adat angka nahombar tu ulaon i, holang unokna sambing nama na di pasahat asal ma naung setuju

Tudia Ho Dung Mate (Surga atau Neraka)???

Tudia Ho Dung Mate K ehidupan setelah meninggal bagi sebagian orang merupakan hal yang tidak masuk akal, apalagi bagi mereka yang tidak mempercayai adanya Tuhan. Bagi mereka hidup berakhir setelah manusia meninggal dunia. Namun tidak dengan orang-orang yang mempercayai adanya Tuhan, secara khusus bagi kita umat Kristen. Kita percaya percaya masih ada kehidupan setelah kita meninggalkan dunia yaitu kehidupan yang kekal; baik di sorga maupun neraka. Hal ini menjadi pilihan yang harus kita tentukan semasa kehidupan kita di dunia, bukan setelah kematian. Jika sorga menjadi tujuan kita, tentu ada hal yang harus kita penuhi dalam kehidupan kita di dunia, contohnya berbuat baik dan yang terutama mempercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita. Namun jika neraka menjadi tujuan hidup kita, tidak ada aturan yang mengatur hidup kita. Berbicara tentang sorga yang menjadi tujuan hidup kita, tentu kita harus mempercayai Yesus Kristus sebagai Juru Selamat kita, yang tel